Asma merupakan penyakit paru yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Banyak wanita yang khawatir tentang perubahan2 tubuh selama hamil dapat memicu serangan asma atau adakah efeknya pengobatan asma terhadap bayi. Dengan pengobatan asma yang baik, maka hamil umumnya akan normal serta dapat melahirkan bayi secara normal juga. Pengobatan asma selama hamil akan sangat sukses jika bumil mendapatkan pengobatan yang pengobatan secara teratur.
Berat ringannya serangan asma saat hamil berbeda-beda pada setiap wanita. Saat hamil, asma memburuk pada 1/3 penderitanya, membaik 1/3 nya dan tetap stabil pada 1/3 nya lagi.
Pola lainnya yang berhasil diamati adalah:
* Pada yang asmanya memburuk, peningkatan gejala sering terlihat pada usia kehamilan sekitar 29 dan 36 minggu.
* Asma biasanya membaik dalam blan2 akhir kehamilan.
* Persalinan da kelahiran jarang memperburuk asma.
* Pada yang asamanya membaik, prosesnya berlangsung bertahap selama kehamilan.
* Beratnya gejala asma pada kehamilan I akan sama saja dengan hamil selanjutnya.
Secara umum, wanita dengan asma dan bayinya tidak memiliki komplikasi kehamilan. Dibandingkan dengan wanita yang tidak punya asma, maka wanita dengan asma sedikit lebih memiliki risiko kelainan sbb:
* Tekanan darah tinggi atau preeklampsia
* Persalinan kurang bulan
* Persalinan dengan cesar
* Ukuran bayi yang lebih kecil dibanding usia kehamilan
Selama hamil, penanganannya dilakukan bersama antara dokter paru atau internist dengan SpOG . Untuk memonitor pertumbuhan bayi, penting sekali memastikan hari perkiraan lahir. Jika Haid terakhir (HPHT) tidak ingat, maka harus dilakukan USG pada TM untuk memastikan kehamilan, karena mengukur usia kehamilan di TM I adalah saat yg paling akurat. Jika ibu mendapatkan terapi kortikosteroid, maka USG dilakukan setiap 4 minggu guna memonitor perkembangan bayi.
Pengobatan asma pada wanita hamil, mirip dengan pengobatan wanita yang tidak hamil. Terapi asma selama kehamilan memliki beberapa komponen utama, yang akan sangat berhasil jika dikombinasikan
Memantau fungsi paru ibu dan kesejahteraan janin. Fungsi paru dapat diukur dengan alat sederhana yang namanya Peak Expiratory Flow Rate (PEFR). Sedangkan kesejahteraan janin diperiksa dengan USG dan KTG.
Langkah selanjutnya adalah menghindari diri dari faktor2 yang mencetus asma (zat alergi=alergen) dan iritan, seperti debu rumah, asap rokok, bau parfum yang keras, dan polutan. Lapisi kasur dan bantal dengan dengan sprei khusus sehingga terhindar dari debu tungau.
Obat2an yang dipakai sama dengan pada yang tidak hamil. Secara umum obat inhalasi sangat dianjurkan, karena obat bersifat lokal, sehingga efeknya sangat minimal terhadap ibu dan janin.
Masih belum terdapat cukup bukti akan keamanan obat asma terhadap kehamilan. Namun pemakaiannya selama bertahun2 memperlihatkan tidak adanya hal2 yang membahayakn ibu dn janin.
Jenis2/golongan obat asma :
Bronkhodilator (membuka/melebarkan saluran nafas) — contohnya albuterol (Proventil®, Ventolin®), metaproterenol (Alupent®), terbutaline, salmeterol (Serevent®) dan formoterol (Foradil®).
Glukokortikoid — Obat ini secara empiris aman buat ibu dan bayi. Contohnya seperti prednison tablet dan obat inhalasi seperti beclomethasone (Beclovent®, Vanceril®, dan lainnya), triamcinolone (Azmacort®), flunisolide (AeroBid®), budesonide (Pulmicort®), dan fluticasone (Flovent®).
Theophylline — Theophylline (Slo-bid®, Theo-Dur®, dan lainnya) oabt ini juga aman, tetapi akhir2 ini penggunaannya agak jarang karena adanya inhalasi glukokortikoid, karena lebih efektif serta efek sampingnya yang lebih rendah.
Cromolyn sodium —sama halnya dengan Theophylline kalah bersaing dengan inhalasi glukokortikoid.
Leukotriene modifier — contohnya zafirlukast (Accolate®), montelukast (Singulair®), dan zileuton (Zyflo™).
Antihistamin — Walaupun bukan obat asma secara langsung, obat ini berfungsi menghilangkan reaksi alergi yang menimbulkan asama misalnya diphenhydramine (Benadryl®), chlorpheniramine (Chlor-Trimeton® dan lain-lain), loratadine (Claritin®), fexofenadine (Allegra®), dan cetirizine (Zyrtec®).
Dekongestan — bukan untuk mengobati asma, tetapi berfungsi menghilangkan reaksi alergi terhadap jalan nafas atas seperti hidung tersumbat dll contohnya Pseudoephedrine (Sudafed®).
Terapi Immun — Terapi imun berupa desensitisasi, penyuntikan alergen secara berulang-ulang, yang gunanya mengurangi sensitifitas seseorang ter5hadap alergen. Pengobatan ini aman buat wanita hamil.
Obat2an untuk persalinan seperti oksitosin dapat diberikan pada wanita hamil dengan asma. Jika dibutuhkan anestesi maka sebaiknya mempergunakan epidural anestesia, karena anestesi tipe ini mengurangi kebutuhan oksigen.
Jika terpaksa dibutuhkan anestesi umum seperti keadaan yang sangat emergensi sekali, maka dianjurkan memakai obat anestesi umum yang memilki efek melebarkan saluran nafas (bronkodilator.
Berat ringannya serangan asma saat hamil berbeda-beda pada setiap wanita. Saat hamil, asma memburuk pada 1/3 penderitanya, membaik 1/3 nya dan tetap stabil pada 1/3 nya lagi.
Pola lainnya yang berhasil diamati adalah:
* Pada yang asmanya memburuk, peningkatan gejala sering terlihat pada usia kehamilan sekitar 29 dan 36 minggu.
* Asma biasanya membaik dalam blan2 akhir kehamilan.
* Persalinan da kelahiran jarang memperburuk asma.
* Pada yang asamanya membaik, prosesnya berlangsung bertahap selama kehamilan.
* Beratnya gejala asma pada kehamilan I akan sama saja dengan hamil selanjutnya.
Secara umum, wanita dengan asma dan bayinya tidak memiliki komplikasi kehamilan. Dibandingkan dengan wanita yang tidak punya asma, maka wanita dengan asma sedikit lebih memiliki risiko kelainan sbb:
* Tekanan darah tinggi atau preeklampsia
* Persalinan kurang bulan
* Persalinan dengan cesar
* Ukuran bayi yang lebih kecil dibanding usia kehamilan
Selama hamil, penanganannya dilakukan bersama antara dokter paru atau internist dengan SpOG . Untuk memonitor pertumbuhan bayi, penting sekali memastikan hari perkiraan lahir. Jika Haid terakhir (HPHT) tidak ingat, maka harus dilakukan USG pada TM untuk memastikan kehamilan, karena mengukur usia kehamilan di TM I adalah saat yg paling akurat. Jika ibu mendapatkan terapi kortikosteroid, maka USG dilakukan setiap 4 minggu guna memonitor perkembangan bayi.
Pengobatan asma pada wanita hamil, mirip dengan pengobatan wanita yang tidak hamil. Terapi asma selama kehamilan memliki beberapa komponen utama, yang akan sangat berhasil jika dikombinasikan
Memantau fungsi paru ibu dan kesejahteraan janin. Fungsi paru dapat diukur dengan alat sederhana yang namanya Peak Expiratory Flow Rate (PEFR). Sedangkan kesejahteraan janin diperiksa dengan USG dan KTG.
Langkah selanjutnya adalah menghindari diri dari faktor2 yang mencetus asma (zat alergi=alergen) dan iritan, seperti debu rumah, asap rokok, bau parfum yang keras, dan polutan. Lapisi kasur dan bantal dengan dengan sprei khusus sehingga terhindar dari debu tungau.
Obat2an yang dipakai sama dengan pada yang tidak hamil. Secara umum obat inhalasi sangat dianjurkan, karena obat bersifat lokal, sehingga efeknya sangat minimal terhadap ibu dan janin.
Masih belum terdapat cukup bukti akan keamanan obat asma terhadap kehamilan. Namun pemakaiannya selama bertahun2 memperlihatkan tidak adanya hal2 yang membahayakn ibu dn janin.
Jenis2/golongan obat asma :
Bronkhodilator (membuka/melebarkan saluran nafas) — contohnya albuterol (Proventil®, Ventolin®), metaproterenol (Alupent®), terbutaline, salmeterol (Serevent®) dan formoterol (Foradil®).
Glukokortikoid — Obat ini secara empiris aman buat ibu dan bayi. Contohnya seperti prednison tablet dan obat inhalasi seperti beclomethasone (Beclovent®, Vanceril®, dan lainnya), triamcinolone (Azmacort®), flunisolide (AeroBid®), budesonide (Pulmicort®), dan fluticasone (Flovent®).
Theophylline — Theophylline (Slo-bid®, Theo-Dur®, dan lainnya) oabt ini juga aman, tetapi akhir2 ini penggunaannya agak jarang karena adanya inhalasi glukokortikoid, karena lebih efektif serta efek sampingnya yang lebih rendah.
Cromolyn sodium —sama halnya dengan Theophylline kalah bersaing dengan inhalasi glukokortikoid.
Leukotriene modifier — contohnya zafirlukast (Accolate®), montelukast (Singulair®), dan zileuton (Zyflo™).
Antihistamin — Walaupun bukan obat asma secara langsung, obat ini berfungsi menghilangkan reaksi alergi yang menimbulkan asama misalnya diphenhydramine (Benadryl®), chlorpheniramine (Chlor-Trimeton® dan lain-lain), loratadine (Claritin®), fexofenadine (Allegra®), dan cetirizine (Zyrtec®).
Dekongestan — bukan untuk mengobati asma, tetapi berfungsi menghilangkan reaksi alergi terhadap jalan nafas atas seperti hidung tersumbat dll contohnya Pseudoephedrine (Sudafed®).
Terapi Immun — Terapi imun berupa desensitisasi, penyuntikan alergen secara berulang-ulang, yang gunanya mengurangi sensitifitas seseorang ter5hadap alergen. Pengobatan ini aman buat wanita hamil.
Obat2an untuk persalinan seperti oksitosin dapat diberikan pada wanita hamil dengan asma. Jika dibutuhkan anestesi maka sebaiknya mempergunakan epidural anestesia, karena anestesi tipe ini mengurangi kebutuhan oksigen.
Jika terpaksa dibutuhkan anestesi umum seperti keadaan yang sangat emergensi sekali, maka dianjurkan memakai obat anestesi umum yang memilki efek melebarkan saluran nafas (bronkodilator.